Rumah Zakat Punya Meteran Pengukur Bahagia, Cek, Yuk!

Tadinya saya pikir begini: ngapain Rumah Zakat ikut mengurusi perkara kebahagiaan orang dengan repot-repot bikin meteran pengukur bahagia. Eh! ternyata mereka punya alasan yang cukup menarik.

Jujur, saya mah terkesan ketika ternyata Rumah Zakat sebelum membuat meteran pengukur kebahagiaan itu, mereka terlebih dahulu memiliki data, survei dan riset terkait tingkat kebahagiaan seseorang, dan tingkat kebahagiaan secara makro meliputi jangkauan yang lebih luas.

Misalnya data yang diambil dari penyurvei luar negeri berikut: Menurut data yang disuguhkan oleh rumahzakat.org berdasarkan laporan dari World Happines Report 2023, Indonesia menempati peringkat ke-84 ke- dari 137 negara. 



Dari data di atas itu, seolah memberikan kesimpulan bahwa masyarakat di negara kita masih menyatakan diri kurang bahagia. Kalau dipikir-pikir mah, memang ada benarnya juga, sih. 

Jangankan melihat orang lain, saya melihat diri sendiri juga sebetulnya tidak bahagia. Saya harus berpikir keras kalau mau bahagia. Sebelumnya saya bahkan pernah menulis artikel yang membahas bahwa bahagia itu tidak sederhana.

Bahagia Dengan Bersyukur

Sebelum mencapai titik bahagia dalam hidup, kita harus melewati banyak hal. Walaupun sebetulnya titik penentunya adalah tentang bagaimana kita bisa ikhlas dan bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini.

Hanya saja, otak teh sering merasa bahwa bahagia itu harus memiliki sesuatu terlebih dahulu semisal: Mobil bagus, motor keren, rumah mewah, atau minimalis tapi membuat nyaman, harta yang terus-terusan ada, dan sesuatu yang lain yang bersifat materi.

Saya tidak membicarakan orang lain, itu ada dalam benak saya secara pribadi. Walaupun tidak dipungkiri, setelah mengobrol dengan orang lain, teman-teman di lingkungan juga beranggapan bahwa bahagia memang bisa memiliki seperangkat materi tertentu.

Jalan berliku bahagia ternyata dasarnya memang berada pada diri sendiri. Tentang bagaimana kita menemukan rumusan yang tepat untuk menciptakan perasaan yang mudah bersyukur.

Namun, saya tetap beranggapan bahwa orang lain juga dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan kita.

Bahagia Karena Orang Lain

Kemarin saya menulis tentang datangnya cinta. Saya menggambarkan diri saya yang sangat bahagia karena bisa memiliki istri. Status saya berubah dari yang tadinya lajang menjadi menikah, memiliki istri.

Saya menggambarkan diri saya bahwa saya sangat bahagia karena bisa memegang tangan perempuan non muhrim perdana setelah sekian lama tidak melakukan itu. 

Betapa bahagianya diri saya ketika merasakan tangan seorang perempuan yang statusnya berubah dari haram menjadi halal. hehe. Dari mata, nyosor ke hati. Kata saya begitu, saking bahagianya.

Dari tulisan itu seolah menjelaskan bahwa bahagia teh bisa juga datang dari orang lain. Orang-orang yang muncul secara tiba-tiba atas izin-Nya. Penyanyi Adera pernah menggambarkan kebahagiaan karena orang lain:

dan kau hadir, merubah segalanya

menjadi lebih indah

kau bawa cintaku setinggi angkasa

membuat ku merasa sempurna

Selama ini, karena terlalu kompleksnya faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berbahagia, menurut saya mah tidak ada ukuran pasti untuk mengukur tingkat bahagia seseorang.

Ternyata saya salah. Rumah Zakat baru-baru ini membuat tes untuk mengukur tingkat kebahagiaan seseorang, loh. 

Bahagia Meter ala Rumah Zakat (RZ)

Tes bernama bahagia meter ini sebetulnya sederhana, bisa dibuka di gawai atau perangkat komputer yang memiliki akses internet. Di dalamnya ada sejumlah pertanyaan yang diajukan, kita harus menjawab dengan kisaran angka dari 1–10.

RZ memberikan mengklaim bahwa tes yang isinya beberapa pertanyaan itu nantinya dapat membantu kita memahami apa saja yang bisa membuat hidup kita lebih berbahagia dan bermakna.

Landasan teori yang digunakan RZ adalah konsep kebahagiaan dari Martin Seligman yang lebih dikenal dengan konsep PERMA. 

Konsep tersebut meliputi: Emosi positif, keterlibatan, hubungan, makna hidup, dan pencapaian.


Saya sudah mencoba alat itu, dengan mengikuti petunjuk yang disediakan: Baca pelan-pelan, jawab sesuai dengan perasaan (jujur), pilih skala dengan jujur, jawab semua pertanyaan tanpa kecuali.

Setelah selesai, saya mendapatkan nilai 80 yang artinya menunjukkan tingkat kesejahteraan yang baik dan seimbang (High-Well-Being).

Lebih detail lagi, hasil tes tersebut menjelaskan bahwa saya harus:

Emosi positif

Mempertahankan kebiasaan yang mendukung emosi positif, dan banyak aktivitas yang membawa kebahagiaan. Memperingati berbagi kebahagiaan dengan membantu orang lain, karena membantu orang lain itu dapat meningkatkan emosi positif.

Keterlibatan

Mempertahankan aktivitas yang membawa keterlibatan tinggi. Saya bisa memulai membimbing atau mengajar orang lain dalam aktivitas yang saya sukai, yang dapat memperkuat aliran pengalaman saya.

Hubungan

Lanjutkan mempertahankan hubungan sosial yang kuat dan mungkin mencoba terlibat dalam kegiatan amal atau komunitas untuk memperluas jaringan sosial yang positif.

Makna hidup

Mempertahankan kegiatan yang bermakna, dan mengingat untuk berbagi makna tersebut dengan orang lan, seperti dengan mengajar atau menjadi mentor.

Pencapaian.

Pertahankan momentum pencapaian dengan menetapkan tujuan yang lebih besar atau membantu orang lain mencapai tujuan mereka. Ini bisa meningkatkan rasa kepuasan pribadi lebih dalam.

Teman-teman juga bisa ikut mencoba seperti saya dengan mengklik tautan  bahagiameter.rumahzakat.org



Sekilas tes ini mirip dengan tes 16personalities. Mungkin dengan versi yang lebih singkat. Bukan menutup kemungkinan jika dikembangkan nanti akan lebih mirip dengan tes itu.

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Beri Dukungan